Pages

Confessions (2010)

Confessions

Balas dendam. Itulah inti cerita “Confessions”, film Jepang yang rilis tahun 2010. Gw tertarik menonton film ini setelah seorang teman merekomendasikan film ini seraya menyisipkan sedikit komentarnya. “Balas dendam secara psikologis, hampir tanpa darah-darahan,” kurang-lebih itulah yang ia kemukakan tentang “Confessions”.

Nyatanya, film yang menjadi official entry dari Jepang untuk dinominasikan dalam Best Foreign Language Film Academy Awards 2011 (walaupun langkahnya terhenti hanya sampai January Shortlist) ini memang mengagumkan. “Confessions” menceritakan seorang guru SMP sekaligus seorang single-mother, Yuko Moriguchi (diperankan oleh Takako Matsu), yang menyatakan berhenti mengajar kepada murid-muridnya. Di hari terakhir ia mengajar itu, ia memberikan pengakuan tentang adanya dua anak di kelas tersebut yang telah membunuh putri tunggalnya, Minami. Kedua anak tersebut kemungkinan besar tidak akan menerima balasan setimpal atas perbuatan mereka akibat hukum negara yang berlaku. Oleh karena itu, Moriguchi mempersiapkan balas dendam gayanya sendiri untuk menghukum kedua murid tersebut dan mengajarinya tentang arti penting kehidupan.

Film ini dibangun atas beberapa segmen yang berisi pengakuan-pengakuan (itu sebabnya film ini berjudul “Confessions”) dari pihak-pihak yang terlibat dalam balas dendam ini. Penonton akan dibawa untuk melihat kejadian yang terjadi dari sudut pandang yang berbeda-beda, dan dalam sudut pandang tersebut, cerita mengembang sehingga struktur utama cerita semakin jelas. Mungkin Anda akan merasa tidak sabar, atau justru bosan, karena isi film ini hampir selalu dialog. Namun, memang itulah salah satu kekuatan film ini. Tiga puluh menit pertama film ini, misalnya, adalah sebuah pembuka yang spektakuler di mana Yuko Moriguchi memberikan pengakuan tentang kematian anaknya dan suaminya. Narasi ini kemudian ditutup dengan suatu twist yang membuat penonton tercekat. Ini membuktikan cerdasnya sutradara sekaligus penulis skenario, Tetsuya Nakashima, dalam mengemas cerita yang diadaptasi dari novel karya Kanae Minato ini menjadi dialog yang sangat menarik.

Di lain pihak, Takako Matsu berhasil memerankan tokoh Yuko Moriguchi yang tidak tenang, memendam dendam, namun tetap berkasih sayang dan rapuh. Melihat bagaimana Moriguchi menggunakan sisi-sisi psikologis dari dua anak yang telah membunuh itu untuk membalas dendam menjadikannya terlihat sadis, namun tetap pantas menerima simpati dari penonton. Film ini digambarkan secara artistik, dengan blocking-blocking kamera dan tata sinematografi yang diset sedemikian rupa, sehingga mendukung dialog yang memakan porsi utama film. Latar musik yang keren juga menambah suasana gelap dan sendu dalam film ini, terutama pada salah satu scene di mana Moriguchi menangisi segala perbuatan yang ia lakukan. Lagu “Last Flowers” karya Radiohead yang mengalun pada scene itupun kemudian resmi nangkring dalam playlist gw :)

"Adalah tugas seorang guru menegur muridnya saat mereka salah. Saya bermaksud membuat mereka berdua menyadari buruknya kejahatan mereka... dan menghargai arti pentingnya kehidupan. Saya ingin mereka untuk hidup, setiap harinya... menanggung beban dari perbuatan jahatnya." -- Yuko Moriguchi

Sayangnya, “Confessions” tidak tampil tanpa cacat. Gw sendiri merasakan bahwa film ini terlalu banyak tampil dalam gerak-lambat alias slow motion madness. Kalau saja dialognya tidak menarik, bisa dipastikan penonton malas mengikuti cerita dan merasa ngantuk karena efek slow-motion itu membuat film terasa bertele-tele. Kemudian, walaupun struktur cerita sangat mengembang dan sempurna bersentuhan dengan potongan-potongan setiap segmen, gw kok merasa bahwa agak nonsense menerapkan tema balas dendam, bunuh-membunuh, dan ambisi pada murid-murid SMP. Meskipun dirilis dengan rating yang melarang usia under-15-year-olds untuk menonton, nyatanya film ini kebanyakan dimainkan oleh murid-murid SMP yang umurnya sekitaran 13 tahun. I mean, come on, anak SMP saling bunuh untuk meraih ambisi dan pengakuan? Rasanya agak tidak logis, ya?

Alhasil, dengan mengesampingkan kecacatan di atas, “Confessions” tampil memukau. Ia hampir bisa disejajarkan dengan film-film lain dengan script yang kuat seperti “The Social Network” atau “12 Angry Men”. Ini salah satu karya yang one-of-a-kind. “Confessions” merupakan suatu karya perfilman Negeri Sakura yang patut diapresiasi.

Confessions

 very good 

Confessions
CONFESSIONS (KOKUHAKU)
YEAR 2010
GENRE Thriller, Drama
CAST Takako Matsu,
Yukito Nishii,
Kaoru Fujiwara
WRITER Tetsuya Nakashima
DIRECTOR Tetsuya Nakashima
MORE ABOUT THIS MOVIE
see Wikipedia page
http://en.wikipedia.org/wiki/Confessions_(film)

Akbar Saputra

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

2 comments:

  1. hoooo...
    Begitu rupanya :3
    Keren emg filmnya bar :3

    ReplyDelete
  2. gw ngakak baca blog ini, yang ga masuk akal review lo kwkwkwk lo kayak ga ngerti filmnya

    ReplyDelete