Gw ga tau angin apa yang membawa gw siang-siang panas tadi ke bioskop untuk menonton drama cinta remaja berjudul “Perahu Kertas” ini. Hampir ga pernah lho nonton film cinta-cintaan kayak gini. Sendirian lagi, padahal yang masuk teater justru para muda-mudi (baca: ABG) bersama pasangannya masing-masing. Sigh~.
Bisa jadi karena gw sekadar penasaran seperti apa Dee menguntai kisah yang menurut gw cukup tidak mainstream untuk penulis sekaliber Dee. Memang, gw ga pernah melahap habis satupun buku-bukunya, tetapi beberapa cuplikan karyanya seperti “Filosofi Kopi” dan “Rectoverso” udah pernah gw baca dan itu indah. Oleh karena itu gw melihat kemampuan Dee alias Dewi Lestari dalam menulis sepertinya terlalu expert untuk sekadar menulis kisah cinta remaja seperti “Perahu Kertas”. Dan lagi, ini karyanya Hanung Bramantyo. Dia salah satu sutradara Indonesia yang karya-karyanya masih mungkin akan gw tonton dibandingkan sutradara lain.
Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Dee, kisah “Perahu Kertas” ini dibagi dalam dua film; bagian pertamanyalah yang gw tonton sementara bagian kedua baru rilis beberapa bulan mendatang. “Perahu Kertas” berpusat pada Kugy (diperankan oleh Maudy Ayunda), seorang mahasiswa Sastra yang hobi mendongeng. Melalui sahabatnya, pasangan Eko (diperankan oleh Fauzan Smith) dan Noni (diperankan oleh Sylvia Fully R), Kugy bertemu Keenan (diperankan oleh Adipati Dolken) yang merupakan saudaranya Eko. Keenan adalah mahasiswa Ekonomi (dan sekampus dengan Kugy, Eko, dan Noni), tetapi memendam cita-cita dan bakat sebagai pelukis. Namun paksaan orangtuanya membuat Keenan harus kuliah Ekonomi. Kugy dan Keenan mulai merasakan semacam chemistry di antara keduanya, padahal kala itu Kugy masih berpacaran dengan Ojos (diperankan oleh Dion Wiyoko). Di lain pihak, Noni dan Eko berniat menjodohkan Keenan dengan Wanda (diperankan oleh Kimberley Ryder), seorang kurator asal Australia. Kisah pun bertambah pelik ketika akhirnya baik Kugy maupun Keenan merajut hubungan dengan orang lain sementara keduanya masih berharap bisa bertemu dan menjalani hubungan percintaan. Akankah itu terwujud?
Well, harus ditekankan bahwa gw belum pernah membaca “Perahu Kertas” sehingga gw akan pure me-review dari filmnya saja. Jelas, karena script film ini ditulis sendiri oleh Dee (bahkan katanya pemilihan sutradara dan cast serta beberapa proses praproduksi dipertimbangkan benar oleh Dee), maka bisa jadi cerita filmnya akan sangat setia dengan cerita novelnya. Sayangnya, gw melihat cerita film ini terlalu pelik. Sepanjang film, banyak tokoh yang bermunculan, datang dan pergi, namun tetap menjadi kunci untuk mengetahui kelanjutan kisahnya. Kisah yang sangat (atau terlalu) komprehensif inilah yang mungkin memaksa kru untuk membelah film ini menjadi dua bagian.
"Nyerah sama realistis itu beda tipis" -- Keenan
Untungnya, Hanung sangat berhasil menampilkan kisah ini dalam rentetan adegan-adegan yang runut dan rapi sehingga penonton bisa mengikuti perjalanan kehidupan Kugy dan Keenan. Dengan banyak blocking-blocking indah, film ini tampil lebih berkelas walaupun sekadar menceritakan kisah cinta-cintaan remaja. Sinematografi yang baik, teknis seperti kostum dan latar yang detil, dan musik pengiring yang indah menjadikan film ini tampil sangat profesional.
Gw sungguh mengapresiasi akting Maudy Ayunda dalam memerankan Kugy yang imajinatif, periang, sedikit impulsif, namun melankolis dan tegar. Dia hebat. Mungkin pada awalnya gw agak merasa dia terlihat kurang seusia dengan Fauzan, Sylvia, atau Adipati, tapi bisa jadi itu karena karakter imajinatif Kugy yang membuatnya tampil agak kekanak-kanakan. Sayangnya, Adipati Dolken kurang mengimbangi “pesona” Maudy, IMO. Mungkin menurut novel karakternya memang kaku seperti itu, tetapi seharusnya dia diperankan oleh aktor yang lebih punya kharisma (gw mengira Reza Rahardian yang memerankan Remi, atasan Kugy, justru lebih pas untuk peran Keenan, tetapi mungkin terlalu berselisih usia dengan Kugy). Adipati ini jadi kebanting abis. Chemistry antara Kugy dan Keenan menjadi tidak kuat. Chemistry paling kuat justru terlihat antara Eko dan Noni; they stole the show. Atau, perhatikan scene ketika Kugy bertemu dengan Remi di kantor advertising atau ketika Kugy dan Remy makan malam di pinggir jalan. Maudy Ayunda berhasil banget menjalin chemistry dengan Reza Rahardian, dibandingkan dengan Adipati Dolken.
“Perahu Kertas” hadir dengan plot yang pelik dan punya potensi untuk flop jika dipegang oleh orang yang salah. Untungnya, “supervisi” sang penulis novel dan “tangan ajaib” Hanung Bramantyo berhasil membuat film ini lebih artistik. Mudah-mudahan di film keduanya nanti Adipati Dolken akan membuat magic yang mampu membuktikan kemampuan aktingnya dalam memainkan Keenan. Pertanyaannya sekarang, apakah gw akan menonton bagian keduanya?
acceptable
PERAHU KERTAS (bagian pertama)
YEAR 2012
GENRE Drama, Romance
CAST Maudy Ayunda,
Adipati Dolken,
Reza Rahardian
Reza Rahardian
WRITER Dewi Lestari
DIRECTOR Hanung Bramantyo
MORE ABOUT THIS MOVIE
see wikipedia page
nonton ! sama aku kl bisa ! hahaha
ReplyDeleteoke! haha
ReplyDeletenonton film karyanya kk dheraz bar, epic :p
ReplyDeleteomg -___-
ReplyDeletenonton ! sama aku kl bisa ! hahaha
ReplyDeleteoke! haha
ReplyDelete