Pages

The Girl who Leapt Through Time (2006)

Jepang adalah negara yang unik dari segi perfilman. Sineas-sineas di sana selalu kaya akan ide cerita, punya imajinasi yang luas sekali, dan terus produktif menghasilkan produk-produk sinematografi berupa tidak hanya film live-action, tetapi animasi. Film animasi mereka memiliki ciri khas yang jauh berbeda dengan animasi Amerika, baik dari segi tampilan maupun cerita. Khususnya dari segi cerita, Hollywood lebih sering membuat film animasi bertema keluarga dengan genre drama-komedi. Animasi Jepang jauh lebih luas dari itu. Mereka bisa bikin drama-romance atau bahkan thriller-horror dengan animasi.

“The Girl Who Leapt Through Time” adalah salah satunya. Ini film bergenre drama-romance dengan balutan sci-fi sebagai penguat. Berkisah tentang Makoto (disuarakan oleh Riisa Naka), seorang siswi SMA, yang karena suatu hal memiliki kemampuan untuk melompat-lompat dari satu titik waktu ke titik waktu yang lain. Dengan kemampuan ini, ia mengulangi suatu kejadian yang tidak ia sukai dan mencoba memperbaikinya sehingga berjalan sesuai yang ia inginkan. Di sinilah letak pesan moral yang kuat dari film ini.

Awalnya, gw sempat berasumsi bahwa film ini pasti akan membahas hal-hal yang lebih luas tentang kehidupan. Drama tentang waktu telah berhasil ditampilkan dengan baik oleh film seperti “Back to The Future” atau “The Curious Case of Benjamin Button”, dan seperti itu pulalah gw menganggap “The Girl Who Leapt Through Time” akan berjalan. Tapi film ini dikemas begitu sederhana, sehingga tema berat tentang waktu tadi menjadi ringan untuk diserap oleh berbagai kalangan (dan mungkin untuk itulah film ini dikemas dalam bentuk animasi). Dengan begini, pesan moralnya menjadi sangat kuat terasa.

Yang menarik lagi dari film ini adalah karakter tiap tokohnya. Jujur saja, walaupun tokoh-tokohnya ini hanyalah tokoh animasi, tapi gw melihat mereka seperti tokoh nyata. Makoto yang lugu, tomboy, dan banyak ide ini seperti dekat sekali dengan gw, karena karakter seperti ini memang bukan karakter yang jarang kita temui di kehidupan nyata. Begitupun dengan dua tokoh pria yang mendampingi Makoto itu, mereka mampu menghadirkan karakter yang mungkin klise karena stereotype dalam anime atau manga Jepang, tetapi justru membuat keseluruhan plot seperti sangat sederhana. Alhasil, ide cerita yang agak berat itu menjadi sama sekali bukan a big deal.

Film ini digambarkan dengan panorama dan blocking yang sangat indah, dan gw rasa itu merupakan suatu keharusan mengingat ini film animasi. Walaupun cukup komikal, film ini berakhir dengan sedikit sendu. Harus dikatakan bahwa gw agak sedikit keberatan dengan plot yang menjadi dasar dari semua misteri tentang time-leap yang dirasakan Makoto, tetapi terlepas dari itu, ini adalah suatu karya imajinatif yang mampu menggambarkan drama yang sangat hakiki tentang kehidupan. Gw membayangkan kalo Hollywood menggarap film ini dengan director, writer, dan cast terbaiknya; pasti film ini akan jadi luar biasa.

 
★★★★

YEAR 2006 GENRE Animation, Drama
CAST Riisa Naka, Takuya Ishida, Mitsutaka Itakura
WRITER Satoko Okudera DIRECTOR Mamoru Hosoda

Akbar Saputra

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. baru ini film yg gw tonton setelah komen terahir yg kemaren.
    yg gw bingung tu biasanya yg hobi film gitu dia punya slogan one day one film. nah gw ga bisa bgt tuh kek gitu. iya dh. soalnya klo gw sih, nonton itu butuh mood tertentu sh. ya pokonya gt dh.

    keren yak. stuju jg. tdnya gw kira mah yah. ya scifi romance gitu jg dh rame sh yak. di hollywood jg. tp emg ini bagus emg sinematografinya. gimana yah. ya apik gitu dh. tata visualnya. sampe pas turning pointnya yg di scene yg jd lambat, sampe yg jd berenti gt. itu, dipadanin sm dialog sm temennya itu, entah kenapa jd pas bgt. scifinya yg tdnya biasa2 jd -bahkan lebih byk variabel2 lagi. sampe2 klo di versi gw, auntie witch nya itu dia sendiri yg dari masa depan, walaupun rada ga pnting jg sh ya kalo bahas mn versi yg beneran.
    nah romancenya, ini bagus soalnya bahkan gw yg ga ada pengalaman cinta2an sama sekali jg bs ngerti. setuju jg sm tulisan di atas. jd ga kayak cerita karangan gt, tp ky hidup di pglaman sehari2, trs jg entah di curhatan temen ato apa.

    nah ini br segitu. gimana ya. mksd gw, ini aja kan br dr anime jepang yg blm terlalu di..
    salah. mksd gw, ini br film jepang yg 'rata2'. tp ini jg dh lumayan bagus. nah klo dh gitu, gw jg bingung kenapa hollywood kyk seolah2 jd pusat gt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, pas adegan dia keluar rumah lari-lari itu gw kira juga auntie witchnya juga dateng dari masa depan, eh ga taunya enggak.

      haha, ga tau kenapa sih tom. mungkin gw terlalu Hollywood-sentris kali ya. memang sih, gw juga agak jarang nonton2 film2 nonHollywood kayak film Jepang atau film Korea, padahal kata temen2 juga banyak film2 Asia gitu yang ga kalah bagus sama film Hollywood. tapi... ya itu. mungkin kurang pemberitaan kali ya jadi gw cenderung nonton film yg emang menurut media kualitasnya terbukti gitu daripada denger-denger selentingan doang.

      Delete