I have mentioned this movie in my previous review. “Eternal Sunshine of The Spotless Mind” adalah karya perfilman yang berhasil memadukan romance dengan sentuhan sci-fi semi-fantasi dengan apik. Film ini disutradarai oleh Michel Gondry. Ia pulalah yang menelurkan ide cerita film ini bersama Charlie Kaufman dan Pierre Bismuth.
Premis film ini unik: menghapus ingatan seseorang melalui suatu prosedur medis. Joel Barish (diperankan oleh Jim Carrey) bertemu secara tidak sengaja dengan Clementine Kruczynski (diperankan oleh Kate Winslet) ketika Joel berada di tengah kegalauan setelah putus dari pacarnya. Seiring berjalannya waktu, mereka menjalin hubungan. Sayangnya, hubungan mereka lalu merenggang dan Clementine meminta sebuah firma bernama Lacuna Inc. untuk mengadakan prosedur penghapusan memori terhadap Joel. Joel merasa tersakiti akan perbuatan Clementine ini dan melakukan hal yang sama terhadap Clementine. Namun, seiring dengan terhapusnya memori akan masing-masing, mereka justru menyadari bahwa mereka sebenarnya masih saling mencintai dan berusaha menghentikan prosedur penghapusan memori tersebut.
Charlie Kaufman sebagai frontman penulisan script film ini kembali eksis dengan gaya penceritaan yang imajinatif, penuh metafora, cukup mind-blowing, namun tetap menarik untuk ditonton. Gw akui, “Eternal Sunshine of The Spotless Mind” mampu menghadirkan scene-scene yang agak klise tetapi penuh makna. Keberanian script untuk menampilkan fantasi tanpa khawatir menghilangkan batas-batas realisme—bahkan, fantasi tersebut tampil dengan sangat estetis—menjadikan film ini pantas mendapatkan apresiasi. Gondry juga berhasil melancarkan gaya penyutradaraan yang membuat film ini perfect in its own way. Ingat posting saya tentang mind-blowing music videos by Michel Gondry? Gw bisa katakan perannya di film ini juga sama mind-blowing-nya. Salah satu scene yang paling gw ingat adalah scene di mana Clementine ngambek dan Joel mengejarnya sambil berlari. Ketika Clementine berlari ke kanan, Joel berlari ke kanan seiring kamera pan ke kanan sementara Clementine keluar kamera, namun ternyata arah ke kanan adalah posisi semula Joel dan Clementine justru berlari ke kiri. Ketika Clementine berlari ke kiri, Joel berlari ke kiri seiring kamera pan ke kiri sementara Clementine keluar kamera, namun ternyata arah ke kiri itu adalah posisi semula Joel dan Clementine justru berlari ke kanan. Menarik, bukan? Masih banyak lagi scene-scene yang membuat gw takjub tanpa terlalu terheran-heran mengenai maksud dari scene-scene tersebut.
"Why do I fall in love with every woman I see who shows me the least bit of attention?" -- Joel BarishYang juga mengundang perhatian adalah jajaran cast yang hadir dalam film ini. Jarang-jarang Jim Carrey bermain film drama. Di sini, ia menunjukkan bahwa ia tidak terjerembab dalam stereotype peran yang selalu komedi: gw menganggap penampilannya bermain melodrama di film ini termasuk yang paling notable (karena, jujur, “galau”-nya Joel di film ini tuh bener-bener nyantol banget di kepala gw setelah nonton film ini) walaupun ia justru tidak banyak mendapatkan pujian dan apresiasi untuk perannya ini. Kate Winslet, di lain pihak, menunjukkan taringnya dalam berakting sebagai Clementine yang impulsif, riang, dan di luar dugaan. Chemistry yang Jim dan Kate bangun sangat kuat, pengembangan karakter keduanya pun cukup berhasil ditampilkan baik oleh Jim maupun Kate. Kirsten Dunst sebagai Mary Svevo, Mark Ruffalo sebagai Stan, Tom Wilkinson sebagai Dr. Mierzwiak, dan Elijah Wood sebagai Patrick juga bermain cukup suportif sesuai kapasitasnya masing-masing (keempatnya menjadi karyawan firma Lacuna). Pada awalnya gw berpikir peran mereka hanya peran-peran tambahan yang tidak terlalu ikut campur dengan plot utama, namun script menunjukkan lain.
Gw justru agak menyayangkan cerita penutup film ini yang agak… kurang 100%. Setelah mengetahui ending-nya, I was going like… “Is that it?” Dramatisasi kisah romansa yang bertabur imajinasi a la sci-fi sepanjang film telah berhasil membuat gw terbuai dengan filosofi yang tertanam dalam untaian-untaian scene yang metaforis dan itu juga membuat gw mengharapkan ending yang lebih… solutif—is that the word?—atas kisah menarik ini. Sayangnya, lagi-lagi ekspektasi gw ga terwujud. Penambahan subplot di akhir cerita sebagai “solusi” justru menjadi tidak maksimal. Pertanyaan tentang tema “menghapus ingatan akan seseorang” pun menjadi tidak terjawab.
Namun, gw tetap mengapresiasi kehebatan dan kekuatan script film ini yang luar biasa. Gw suka dengan gaya editing yang menjadikan fantasi di film ini tampil halus sekali. Batas-batas antara nyata dan maya sangat nge-blend. Setelah menonton film ini, gw jadi pengen nonton film-film karya Kaufman sebelumnya dan gw juga menantikan karya-karya beliau berikutnya. Patung Oscar layak diterima oleh jajaran scriptwriter dan story creator film ini. “Eternal Sunshine of The Spotless Mind” adalah film yang tampil beda dan berciri khas dengan script yang sebenarnya mengawang-awang, namun berhasil tampil tanpa terkesan dipaksakan.
very good
ETERNAL SUNSHINE OF THE SPOTLESS MIND
YEAR 2004
GENRE Romance, Sci-Fi
CAST Jim Carrey,
Kate Winslet, Kirsten Dunst
WRITER Charlie Kaufman,
Michel Gondry, Pierre Bismuth
DIRECTOR Michel Gondry
MORE ABOUT THIS MOVIE
see IMDB page
Michel Gondry never fails, dari jaman dia dulu garap vid klip buat Bjork, ampe sekarang, masih tetap fresh dan tetap brillian. Film ini membuat saya speechless, itu saja!!
ReplyDeleteGreat. Untuk video klip, saya paling suka vidklipnya Kylie Minogue. Itu keren! Tahun ini Gondry juga bikin film kok, "Mood Indigo", kita tunggu saja.
Delete