Crime
Film crime mengisahkan aksi kriminal (yaiyalaah~). Biasanya, film
crime ini melibatkan polisi ataupun hakim.
Sub-genre film
crime antara lain film detektif (
“Se7en”), film-film yang ngambil latar di pengadilan (
"Dial M for Murder"), film tentang pembunuhan (
“Fargo”) atau perampokan (
“Inside Man”), atau film
gangster (
“Reservoir Dogs”,
“Ocean’s Eleven”). Tidak jarang
genre crime akan
combine dengan
genre action,
thriller, atau
mystery.
Documentary
Nah, yang ini sepertinya juga udah jelas kan? Film dokumenter itu film yang
pure berisi reka-ulang atau rekaman dari kejadian nyata. Film dokumenter mencoba menceritakan kembali peristiwa atau isu yang telah atau tengah terjadi dan mengembangkannya secara komprehensif dengan mencari lebih banyak informasi yang terkait. Ingat bahwa yang difilmkan haruslah tokoh yang benar-benar nyata, bukan diperankan oleh aktor lain, (kecuali jika berupa adegan reka-ulang), dan informasi yang disajikan harus benar-benar nyata, bukan informasi palsu. Itu sebabnya, film dokumenter juga kerap disebut film nonfiksi. Film-film seperti "The Making of ..." atau "Tribute to..." bisa tergolong
documentary. Contohnya
“Fahrenheit 9/11” dan
“Capitalism: A Love Story”. Di Hollywood, kita kenal
Michael Moore,
filmmaker yang paling gandrung bikin
documentary.
Genre drama adalah
genre yang paling luas daripada
genre-
genre lain. Film drama mengembangkan kejadian sehari-hari dalam bentuk narasi yang melibatkan emosi dan perasaan manusia. Patut diingat bahwa film drama tidak selalu seputar kisah percintaan. Topik seperti kecanduan obat, dilema moral, penindasan ras, korupsi, persahabatan, dan lainnya juga termasuk topik film drama.
“Rocky”, film yang melambungkan tokoh petinju bernama Rocky Balboa yang diperankan oleh
Sylvester Stallone, termasuk
genre drama.
“Fight Club” juga termasuk drama lho! Ga bakalan habis kalo nyebutin film drama satu persatu karena banyak banget.
FYI,
genre ini nih yang paling sering masuk nominasi
Best Picture Oscar.
Sub-genre drama yang populer adalah
melodrama, yakni drama dengan cerita yang “memaksa” penonton untuk sendu atau bahkan menangis.
Family
Sulit sebenarnya menentukan film-film untuk
genre ini. Pada dasarnya, film
family adalah film yang bisa ditonton untuk semua umur dan dibuat untuk konsumsi hiburan sekeluarga. Dengan demikian, film kayak gini tidak memuat adegan-adegan dewasa. Muatan-muatan cerita yang ditampilkan pun harus yang mudah dicerna. Contoh film family adalah
“E.T.: The Extra Terrestrial” dan kebanyakan film-film animasi.
Fantasy
Film
fantasy adalah film yang melibatkan unsur
magic dan
supernatural. Harus dibedakan antara
genre fantasy dan
genre sci-fi:
genre sci-fi lebih membicarakan teknologi dan sains, sedangkan
fantasy tidak berbicara tentang itu. Film dengan latar yang bagaikan
a whole different world seperti
“Alice in Wonderland”, “Harry Potter”, atau “Lord of The Rings” adalah contoh yang tepat untuk
genre ini. Film
fantasy, akan tetapi, tidak melulu harus ber-
setting di antah-berantah; ada kalanya hanya satu atau beberapa bagian cerita yang tidak nyata dan sulit diterjemahkan logika bisa menjadikan suatu film tergolong
genre fantasy.
“The Curious Case of Benjamin Button”, yang sangat amat penuh unsur drama-
romance itu, tergolong dalam
fantasy melihat karakter Benjamin Button yang usianya mundur itu.
Film-Noir
Jujur, untuk
genre yang satu ini gw sendiri agak kurang mengerti.
Genre film-noir (
noir dibaca “noa:” karena berasal dari bahasa Prancis yang berarti “hitam”) lebih banyak diterapkan pada film-film klasik (
which I don’t really have enough experience about). Pada dasarnya,
film-noir agak mirip
genre crime yakni menekankan pada cerita kriminal dan misteri. Penceritaan
film-noir cenderung ditekankan pada latar suram dan gelap, di-
shoot dalam (
mostly)
black and white, suasana sinisme yang menyentuh sisi gelap manusia, serta plot yang tidak mudah ditebak dan cenderung tidak lumrah (misalkan tokoh penjahat justru yang menjadi
hero, dsb.). IMDB sendiri terakhir kali mencatatkan sebuah film ber-
genre noir pada film
"Touch of Evil" keluaran tahun 1958, setelah itu tidak ada lagi
film-noir yang tercatat di IMDB. Memang,
genre ini mengalami degradasi popularitas semenjak tahun 1950-an. Film-film yang mengambil
style orisinil
noir setelah era tersebut kebanyakan telah melebur ke dalam
genre-
genre lain seperti
crime,
mystery, atau
thriller. Pengamat menyebut film-film ini sebagai
post-noir atau
neo-noir. Contoh yang populer adalah
“Mulholland Dr.”,
“Sin City”, atau
“Kala” (di IMDB film-film tersebut tidak lagi dianggap
film-noir).
History
Berbeda dengan
genre biopic yang lebih menekankan pada tokohnya,
historical film menekankan pada peristiwa atau kisah yang pernah terjadi di masa lalu (atau ‘dianggap pernah terjadi” seperti menurut cerita rakyat, epos, mitologi, dll.) sebagai cerita utama film. Ada
historical film yang benar-benar reka-ulang persis peristiwa sejarah tersebut, ada juga yang diberi dramatisasi atau pengembangan cerita, tetapi IMDB memberi penekanan bahwa walaupun beberapa karakter, kejadian, dan dialog tidak persis sama dengan aslinya, hal-hal tersebut harus menjadi poin minor yang digunakan untuk menjembatani
gap informasi yang tidak diperoleh. Penggunaan tokoh nyata dalam setting fiksional, atau peristiwa bersejarah sebagai
backdrop cerita fiksi, tidak termasuk
genre history. Contoh film
history adalah
“300” dan
“Schindler’s List”.
Horror
Mudahnya, film
horror adalah film yang dibuat untuk menakuti penonton. Film
horror memuat banyak adegan mengerikan. Banyak cara yang ditempuh film
horror untuk menakuti penonton, seperti menggunakan trik psikologis (dalam
sub-genre psychological horror seperti dalam
“The Ring” atau
“The Shining”); menampilkan
zombie (dalam
sub-genre zombie horror seperti dalam
“28 Days Later...” atau
“Dawn of The Dead”); menampilkan hewan atau makhluk berperilaku ganas (dalam
sub-genre natural horror seperti dalam
“Piranha” atau
“Anaconda”); mengaitkan dengan unsur budaya, tradisi, atau tabu di masa lampau (dalam
sub-genre gothic horror seperti dalam
“The Mummy” atau
“Dracula”); menyajikan tokoh psikopat yang membunuh secara sadis (dalam
sub-genre slasher horror seperti dalam
“Scream” atau
“Friday the 13th”); menyajikan adegan sadisme dan kekerasan fisik (dalam
sub-genre splatter horror seperti dalam
“Saw” atau
“Cannibal Holocaust”); dll. Harus diingat bahwa
genre horror tidak selalu berkaitan dengan hantu-hantuan. Tambahan, akhir-akhir ini juga marak
sub-genre mockumentary, yakni film
horror yang dibuat (seolah-olah) seperti dokumenter yang merekam kejadian nyata. Gaya penceritaannya banyak menggunakan
footage. Contohnya
“Paranormal Activity” atau
“The Blair Witch Project”.
Musical
Gampang lah,
musical film adalah film yang banyak lagu-lagunya. Tokoh dalam film akan banyak menyanyikan lagu dan kadang-kadang disertai tarian sebagai selingan dari narasi cerita film. Artinya, film
musical juga masih punya kerangka cerita utama. Oleh karena itu, video rekaman konser penyanyi yang difilmkan tidak termasuk film
musical karena tidak ada cerita utamanya. Film Bollywood yang sering nyanyi-nyanyi dan nari-nari di padang rumput itu tergolong
musical. Contoh lain film
musical adalah
“The Sound of Music”,
“Burlesque”, atau
“Mamma Mia!”.
Mystery
Genre ini banyak di-
combine dengan film-film ber-
genre crime atau
thriller. Intinya, film
mystery itu bercerita tentang penyelesaian suatu perkara atau teka-teki menggunakan petunjuk atau bukti-bukti. Mirip cerita detektif, film ber-
genre mystery selalu punya unsur
solving a crime or puzzle, entah di
ending-nya
puzzle tersebut
solved (
closed mystery atau
whodunnit) atau dibiarkan
unsolved (
open mystery). Ini bisa berupa mengejar tokoh yang tidak diketahui keberadaannya, menemukan pelaku dari suatu kejahatan, atau mencari kejelasan suatu peristiwa. Contohnya adalah
“Inception”,
“Memento”, dan
“The Usual Suspect”.
Mau tanya dong, ada referensi buku yang menjelaskan definisi Drama Fantasi/FanFict? Saya sudah nyari bukunya gak ketemu2 jg gan -_-" Mohon pencerahannya :(
ReplyDelete